Wednesday, March 9, 2011

MENGENAL LEBIH JAUH DAN MENDALAM TENTANG “PUASA KATOLIK”

Pengantar

Pada umumnya menjelang bulan puasa Ramadhan selalu timbul pertanyaan; apakah bagi orang Kristen juga ada kewajiban puasa seperti para penganut agama lainnya? Bagaimana puasanya orang Kristen dan berapa lama?

Bahkan di kalangan Umat Katolik pun sampai saat ini masih banyak yang mempertanyakan “bagaimana sih sebenarnya puasa Katolik itu?”.

Menyambut masa Prapaskah 2008 yang akan dimulai tanggal 6 Februari 2008, dan untuk membantu umat memahami dan menghayati Puasa Katolik, berikut kami turunkan tulisan singkat ini.

Puasa Katolik

Agama Kristen Protestan tidak mewajibkan untuk berpuasa, sedangkan Kristen Katolik mewajibkan untuk berpuasa bahkan Gereja secara resmi menetapkan masa Prapaskah sebagai puasa resmi Umat Katolik, di mulai dari Rabu Abu dan berkahir pada hari Jumat Agung. Bila mungkin puasa ini hendaknya diperpanjang sampai hari Sabtu Suci (lih KL 110).


Bagi Umat Katolik, puasa adalah ungkapan tobat, dan sekaligus merupakan ulah doa yang hangat. Dalam tradisi Gereja, puasa merupakan ibadat yang penting, yang dilaksanakan umat sebagai persiapan untuk perayaan-perayaan besar, khususnya Paskah yang dikenal dengan nama Masa Prapaskah.

Dalam tradisi Gereja, masa prapaskah merupakan masa di mana para katekumen (calon katolik) berpuasa sebelum dibaptis dan masa di mana seluruh umat beriman juga berpuasa untuk mendampingi para katekumen yang akan dibaptis.

Di samping puas resmi itu secara pribadi umat Katolik disarankan untuk berpuasa pada hari-hari yang dipilihnya sendiri sebagai ungkapan tobat dan laku tapa. Sebab puasa sangat bermanfaat untuk membangun semangat pengendalian diri (memudahkan bertobat dan merasa peka terhadap nilai-nilai rohani) dan menumbuhkan semangat setiakawan dengan sesama yang berkekurangan. serta dan menyisihkan sesuatu untuk memberi (derma).

Bagaimana bentuk puasanya? Menurut faham Katolik puasa berarti makan kenyang satu kali sehari (dalam waktu 24 jam) dan dua kali sedikit. Minum air tidak termasuk soal puasa. Namun saat sekarang ini lebih ditekankan makan kenyang satu kali sehari.

Selain berpuasa, Gereja juga mempunyai kebiasaan berpantang. Pantang dilakukan setiap Jumat sepanjang tahun, kecuali jika hari Jumat itu bertepatan dengan hari raya gerejawi (lih KHK 1251). Kecuali itu Gereja juga menetapkan pantang selama satu jam sebelum kita menyambut Sakramen Mahakudus.

Pada hari-hari puasa dan pantang, Umat Katolik diharapkan dapat meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian untuk berdoa, beribadat, melaksanakan olah tobat dan karya amal (lih KHK 1249).

Peraturan puasa dan pantang

Sebagaimana disebutkan tadi bahwa Gereja menetapkan puasa resmi Umat Katolik adalajh 40 hari selama masa prapaskah (menjelang paskah, masa prapaskah). Mengapa puasa 40 hari? Ini mengingatkan kita akan Tuhan Yesus yang berpuasa 40 hari (Mat. 4:2) dan juga bangsa Israel 40 tahun di padang gurun hidup sengsara.

Setiap tahun Gereja Keuskupan Pangkalpinang selalu mengeluarkan peraturan puasa dan pantang Dalam ketentuan puasa dan pantang tersebut ditetapkan bahwa hari wajib puasa bagi Umat Katolik adalah hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Dan yang wajib berpuasa adalah mereka yang sudah berumur 21 tahun sampai dengan 59 tahun. Walau demikian Gereja sangat menghargai warganya yang berpuasa penuh selama 40 hari menjelang paskah meneladan cara berpuasa Musa, Elia dan terutama Yesus sendiri.

Puasa merupakan suatu ibadah, maka pelaksanaannya tidaklah dapat dipaksakan. Relasi dengan Allah adalah soal keyakinan pribadi dan tidak ada seorang pun yang dapat mengganggu gugat hal itu. Namun permasalahannya adalah, jika puasa itu adalah ibadah apakah puasa perlu dilegalkan atau diwajibkan dalam hukum agama? Jika demikian kenyataannya, berarti relasi manusia dengan Allah adalah sesuatu yang dapat (bahkan harus) dipaksakan.Untuk menyikapi hal tersebut, yang harus dihayati dalam memahami peraturan tersebut adalah puasa berkaitan dengan komitmen. Maka jenis dan bentuk berpuasa (mis. Pantang makanan; minum; dan berapa lamanya seseorang harus berpuasa) ditentukan oleh orang yang hendak berpuasa berdasarkan komitmen pribadinya dengan Tuhan; bukan ditentukan oleh aturan agama.Puasa adalah panggilan, bukan kewajiban. Karena itu puasa harus dilakukan dengan sukacita bukan karena terpaksa. Puasa bukan pula ukuran kesalehan atau kerohanian seseorang. Orang yang menjalankan puasa tidak berarti dia lebih saleh atau lebih beriman dari mereka yang tidak berpuasa. Perlu disadari bahwa penebusan Yesus di atas kayu salib telah menggenapi Hukum Taurat (PL) yang bergantung pada usaha manusia menyelamatkan diri sendiri dengan melakukan hukum agama secara ketat (sunat, korban, sabat, puasa, halal-haram dll), menjadi kasih karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang yang percaya dan bertobat (Yoh. 3:16; Ef. 2:8-10). Maksud dan tujuan Puasa KatolikYesaya dengan jelas memberitahukan umat Israel (Yes. 58) bahwa orang bisa saja tidak melakukan puasa lahir, tetapi yang harus dilakukan adalah melakukan puasa batin, yaitu berpuasa dari kelaliman, menganiaya dan memperbudak orang. Berpuasa dari mengenyangkan diri sendiri menjadi memberi makan orang lapar, tidak punya rumah, dan yang telanjang (band. Mat. 25:31-46). Jadi, puasa itu pada dirinya sendiri tidak memiliki arti bila bukan merupakan ungkapan hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah.Yesus menekankan bahwa puasa harus dilakukan demi kemuliaan Tuhan semata-mata dan bukan untuk mendapat pujian, pamer atau perhatian manusia ataupun untuk kepentingan pribadi misalnya agar bisa naik pangkat, ataupun ingin lulus ujian.Masalahnya banyak orang menyalah artikan dengan apa yang tercantum dalam Matius 17:21. Kutipan tersebut seakan-akan apabila kita hanya berdoa saja, doa kita itu kurang afdol dan kurang di dengar oleh Allah. Banyak orang berpikir melalui tindakan berpuasa dengan sendirinya menjamin bahwa Allah akan mendengar dan mengabulkan seluruh doa kita (Yes 58:3-4) Untuk menentang ini para nabi menyatakan, bahwa tanpa kelakuan yang benar, tindakan berpuaasa adalah sia-sia (Yes 58:5-12; Yer 14:11; Za 7) Puasa bukan dietPuasa Katolik bukan hannya sekedar diet. Puasa bukan hanya sekedar pantang makan sesuatu. Diet dan puasa itu beda. Diet hanya puasa jamani lahiriah saja, sedangkan puasa adalah untuk “Jiwa dan Raga”. Jadi bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja melainkan juga menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang Allah. Menahan diri dari gempuran dari segala macam godaan
maksiat. Entah ini mencuri waktu pada saat jam kantor ataupun berselingkuh. Dan perlu diketahui juga bahwa puasa bukan untuk menghukum tubuh kita, tapi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan. Puasa dalam AlkitabMulai dari Musa (Kel 34:28), Elia (1 Raj 19:8) maupun Tuhan Yesus sendiri (Mat 4:2), mereka melakukan puasa selama 40 hari. Puasa tidak selalu harus 40 hari, lihat jenis macam puasa yang terlampir dibawah ini. Berpuasa dalam Alkitab pada umumnya berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu, jadi bukannya hanya menjauhkan diri dari beberapa makanan tertentu saja lih. (Est 4:16; Kel. 34:28). Berikut dibawah ini jenis macam Puasa berdasarkan Alkitab:1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28)2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16)3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8)4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16)5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13)6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2)7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17)8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7)9. Puasa Senin – Kamis merupakan tradisi orang Farisi (Luk 18:21).

Selamat berpuasa.

Sumber tulisan dari : www.keuskupanpkpinang.org

No comments: